Setiap guru ingin mengajar murid-murid yang berperilaku baik dan pandai. Pada umumnya seorang guru ingin membangun keberhasilan dalam proses belajar di kelas. Sayangnya, tidak semua anak adalah anak yang baik dan pintar.

Salah satunya adalah karena gangguan sosial emosional anak yang menyebabkan munculnya permasalahan belajar bagi dirinya. Gangguan sosial emosional ini bermacam-macam jenisnya.

Gangguan sosial emosional
Gangguan sosial emosional belajar anak bermacam-macam jenisnya, diantaranya: hiperaktif, distractibility child, learning disorder, atau distruptive behavior.

Berikut akan dijelaskan jenis-jenis gangguan sosial emosional terhadap perkembangan belajar anak baik di rumah, masyarakat, maupun sekolah. Tentunya, dengan kondisi ini, Anda akan mengetahui termasuk pada jenis gangguan mana buah hati kesayangan Anda.

Kadang kala ada juga anak yang tergolong nakal di kelas dan suka mengganggu temannya maupun gurunya. Anak seperti itu cenderung tidak bisa duduk diam. Ia cenderung bergerak terus- menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lompat, bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka mengganggu temannya bahkan gurunya. Anak ini disebut anak hiperaktif.

Ada lagi tipe anak yang cenderung cepat bosan. Ia sering kali mengalihkan perhatiannya keberbagai objek lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas. Anak seperti ini disebut sebagai distractibility child.

Ada pula anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu. Karena itu, ia cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri. Anak seperti ini disebut poor self concept.

Ada pula anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi pertanyaan di kelas. Namun, jawaban yang diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya. Anak seperti ini disebut anak impulsif.

Di kelas ada pula siswa yang suka merusak benda-benda yang ada d sekitarnya. Sikap agresif yang negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak seperti ini cepat tersinggung. Ia bertempramen tinggi, yang menggarah kepada perilaku agresif. Anak seperti ini disebut anak destructive behavior.

Ada pula anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada mengejek, anak ini cenderung menentang guru. Sumpah serapah berupa kata-kata kasar yang tidak sopan kerap terlontar. Anak seperti ini disebut distruptive behavior.

Setiap tahun ajaran baru ada anak yang selalu bergantung pada orang tunya. Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani melakukannya sendiri. Ia sangat bergantung pada orang disekitarnya. Sikap orang tua yang terlalu over protective atau sangat melindungi membuat anak sangat tergantung. Anak seperti ini disebut dependency child.

Sosial ekonomi masyarakat Indonesia belum merata. Ada anak yang mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu. Anak seperti ini disebut anak withdrawl.

Ada pula anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari. Anak ini disebut learning disability.

Ada anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf. Anak seperti ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus, seperti anak yang menderita Autism Sectrum Disorder(ASD). Anak ini dikelompokkan dalam kelompok learning disorder.

Ada pula anak yang mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangar rendah. Anak seperti ini sering menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering dilupakan. Anak seperti ini disebut anak underachiver.

Ada pula anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat. Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima kritikkan dari siapapun termasuk gurunya. Anak seperti ini disebut overachiver.

Ada pula anak yang sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya. Anak ini disebut anak slow learner.

Di kelas sering kali kita jumpai anak yang kurang peka dan tidak perduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas. Ia disebut social interseption child.

Demikian beberapa jenis gangguan sosial emosional belajar anak yang perlu Anda ketahui. Semoga, dengan informasi ini, Anda dapat lebih bijak dalam bersikap jika memang anak Anda termasuk ke dalam salah satu jenis gangguan sosial emosional tersebut.

Share this post on social media: